Selain bromo dan semeru, salah satu gunung di jawa timur yang banyak dikunjungi wisatawan, terutama pelancong dari Jakarta, adalah Gunung Argopuro. Namun, untuk melakukan perjalanan ke gunung yang berlokasi di Kabupaten Lumajang, Kabupaten probolinggo, dan Kabupaten Bondowoso tersebut memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama jika wisatawan berangkat dari Jakarta.
Sekilas Tentang Gunung Argopuro
Gunung Argopuro (atau Argapura) adalah sebuah gunung berapi kompleks yang kini sudah tidak aktif lagi. Gunung yang berada di ketinggian 3.088 meter dari permukaan laut tersebut berlokasi di kawasan suaka margasatwa pegunungan Yang, sehingga kompleks ini sering disebut dengan Yang-Argapura, yang juga mendominasi bentang alam antara Gunung Raung dan Gunung Lemongan di Jawa Timur dengan luas sekitar 15 hektar.
Dari segi bahasa, Gunung Argopuro terdiri dari dua kata, yaitu “argo” yang berarti gunung dan “puro” yang berarti pura. Penamaan ini salah satunya berasal dari keberadaan kompleks candi atau bangunan menyerupai pura, bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai keraton, di sekitar kawasan Gunung Argopuro, meski sekarang banyak yang hanya menyisakan reruntuhan saja.
Gunung Argopuro sendiri termasuk gunung yang unik, karena memiliki tiga puncak, yaitu Puncak Rengganis dengan ketinggian 2.980 dari permukaan laut, Puncak Arca atau Hyang yang bisa dibilang “puncak semu”, dan Puncak Argopuro dengan ketinggian 3.088 meter dari permukaan laut. Kedua puncak tertinggi di kawasan ini hanya memiliki jarak sekitar 200 meter sehingga pendaki bisa mencapai keduanya dalam waktu yang bersamaan.
Puncak Rengganis dengan kawah yang berwarna putih kekuningan bernama “Kawah Sijeding” menjadi daya tarik tersendiri karena dari puncak inilah tercipta nama Argopuro. Di sekitar Puncak Rengganis, bisa ditemukan reruntuhan bangunan dikelilingi tembok yang diperkirakan dibangun pada abad ke-12 Masehi. Reruntuhan itu menyerupai kompleks keraton lengkap dengan candi, pura, serta area pemandian.
Konon di puncak tertinggi tersebut, dahulu tinggal seorang puteri yang bernama Dewi Rengganis. Putri yang memiliki paras ayu itu mengasingkan diri dengan membangun istana di puncak gunung. Di bawahnya, terdapat sebuah danau yang biasa disebut dengan “Danau Taman Hidup”, yang konon menjadi tempat pemandian Putri Rengganis.
Dua puncak yang lain berada di seberang Puncak Rengganis, yakni Puncak Argopuro dan Puncak Arca/Hyang yang berada saling berdekatan. Keunikan juga ada di Puncak Arca/Hyang, yang sesuai namanya, di sana terdapat satu arca berbentuk sapi namun kepalanya terpenggal, entah memang sejak awal bentuknya terpenggal atau kepalanya sudah berpindah tempat.
Selain Dewi Rengganis, ada pula cerita masa lalu Cikasur, yaitu sebuah savana yang maha luas yang terdapat di jalur pendakian Baderan. Konon katanya, di Cikasur pernah dibangun lapangan terbang ketika zaman penjajahan Jepang. Menurut masyarakat setempat, di tempat ini pernah dibangun landasan pesawat yang bertugas mendistribusikan logistik untuk keperluan tentara Nippon.
Jalur Pendakian Gunung Argopuro
Gunung Argopuro selama ini dikenal sebagai gunung dengan jalur pendakian paling panjang se-Pulau Jawa. Sebagai perbandingan, pendaki hanya memerlukan waktu tiga hari dua malam untuk naik ke puncak Semeru dan turun lagi ke base camp. Sementara, untuk menuju puncak Argopuro, diperlukan waktu lima hari empat malam dengan jarak sekitar 45 km.
Jalur pendakian resmi Gunung Argopuro sendiri terletak di Desa Baderan yang masuk ke wilayah Kabupaten Situbondo dan juga Desa Bremi yang berada di Kabupaten Probolinggo. Umumnya, para pendaki memiliki naik dari Baderan dan turun lewat Bremi untuk mendapatkan pengalaman pendakian yang lengkap.
Secara garis besar, jalur pendakian Gunung Argopuro tidak jauh berbeda dengan gunung-gunung yang lain. Perbedaan terletak pada kaki yang harus melangkah lebih jauh, sehingga beban di pundak bakal terasa lebih berat. Meski demikian, selama perjalanan menuju puncak, para pendaki akan disuguhi dengan pemandangan alam yang indah, terutama padang savana yang begitu luas.
Namun, para pendaki, terutama yang pemula, perlu berhati-hati karena masih ada jalur yang memiliki lebih dari dua cabang dalam satu persimpangan. Untungnya, setelah pos mata air pertama atau tempat camp pertama, jalur pendakian sudah terlihat lebih jelas. Jika ingin lebih aman, sebaiknya para pendaki membawa alat GPS konvensional atau aplikasi penunjuk arah di perangkat ponsel.
Perjalanan ke Argopuro dari Jakarta
Jika Anda berdomisili di Jakarta dan hendak mendaki Gunung Argopuro, ada sejumlah tahapan perjalanan yang harus Anda tempuh untuk bisa sampai ke gunung tersebut. Pertama, Anda bisa menumpang kereta api dari Stasiun pasar Senen dengan tujuan Stasiun Pasar Turi di Surabaya. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus kota rute Stasiun Pasar Turi menuju Terminal Purabaya atau Bungurasih.
Setibanya di Terminal Purabaya, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Probolinggo dengan menumpang bus antar-kota dan turun di Terminal Probolinggo. Setelah itu, Anda masih harus menumpang bus lagi untuk menuju Besuki (atau bisa langsung dari Surabaya ke Alun-Alun Besuki). Kemudian, Anda bisa menyewa jasa ojek atau mobil charter untuk meninggalkan Besuki menuju basecamp di Desa Baderan.
Biaya Perjalanan ke Gunung Argopuro
Komponen | Kisaran Biaya |
Tiket Kereta Jakarta-Surabaya | Ekonomi : Rp235.000 – Rp350.000 |
Bisnis : Rp290.000 – Rp320.000 | |
Eksekutif : Rp410.000 – Rp500.000 | |
Tarif Bus Stasiun Pasar Turi-Terminal Bungurasih | Rp6.000 |
Tarif Bus Terminal Bungurasih-Besuki Probolinggo | Rp25.000 |
Tarif Mobil Charter Besuki-Baderan | Rp250.000 – Rp300.000 |
Tiket Pendakian Gunung Argopuro | Rp25.000 – Rp35.000 per hari |
Biaya di atas hanya untuk transportasi keberangkatan dan tiket masuk Gunung Argopuro. Untuk selebihnya, misalnya biaya makan, minum, dan lainnya, Anda bisa menambahkan sesuai dengan kebutuhan. Perlu diketahui, tarif tiket kereta api atau bus di atas bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung kebijakan pengelola transportasi.
(Panca)